Sunday, November 23

Drone Attack, Sebuah Experimen Teknologi

Jika beberapa waktu lalu saya sempat posting tentang Drone (unmanned aircraft), bagaimana antara pihak USA dan Pakistan saling berbeda statement. Mungkin kali ini saya tidak lagi menuliskan masalah tersebut, tetapi bagaimana kecanggihan teknologi perang ini diuji coba untuk membasmi apa yang dikatakan sebagai terorisme global.

Hampir setiap hari kami disuguhi oleh breaking news tentang beberapa orang yang tewas di sana, kawasan tribal area, belasan, terakhir 2 hari yang lalu 6 orang, diduga terkena sasaran roket yang berasal dari pesawat tanpa awak ini. Pesawat, yang bisa terbang dengan pilot jarak jauh ini bisa menempuh jarak ribuan mil, berhenti untuk re-fuel bahan bakar, terbang lagi di landasan laut lepas, menuju Irak, Afghanistan dan kali ini di kawasan perbatasan Pakistan yang berbatasan dengan wilayah Afghanistan. Proyek drone ini juga memakan tidak kurang dari 1 milliar dollar USD, dan untuk ujicobanya pertama kalinya pada post-9/11 serangan ke Afghanistan. Atau jangan-jangan perang melawan teroris ini hanya sekedar dalih untuk uji coba persenjataan termutakhir yang dimiliki oleh USA, yang katanya capabilitas drone ini, disamping sebagai pesawat pengintai, dan penembak misil, juga lebih canggih dari pesawat tempur F-16 atau F-18.

Serangan drone mulai beberapa hari yang lalu bergesar menuju ke kawasan Swatt, daerah barisan pegunungan Himalaya yang indahnya bukan main, lembah gletser es di lembah bukit Karakoram adalah sasaran para turis hikers dan pada pendaki gunung. Tetapi semenjak beralihnya tudingan US bahwa Usamah bin Laden bersembunyi di kawasan Tribal Area-nya Pakistan, berlakulah travel warning bagi para turis dan pendatang, bahkan staff PBB yang ada di Pakistan juga tidak diperbolehkan membawa serta keluarganya, simpel saja, karena alasan keamanan. Dengan bergesernya serangan drone ke wilayah kawasan Swatt ini semakin memperburuk jaminan keamanan di wilayah ibukota Islamabad, karena pihak militant mengancam pemerintah akan menyerang ibu kota jika serangan drone ini tidak segera dihentikan.

Weekend kemarin, seperti biasa melepas penat, kami sekeluarga keliling melepaskan pandangan untuk sejenak keluar dari rutinitas sehari-hari, mengajak anak-anak bermain outdoor di taman, sambil melihat-lihat suasana, kita menyaksikan bagaimana hampir disudut jalan dipasang satuan tentara ranger, atau kalau di kita Satuan Brimob, yang siap dengan rompi anti-pelurunya dan posisi yang siap menembak musuh dibalik tumpukan sak-sak pasir. Sementara diantara orang-orang yang datang kami perhatikan ada yang dikawal oleh pengawal yang lengkap dengan senjata. Duh rasanya jadi ngga nyaman acara petang ini..sehingga akhirnya kami putuskan untuk pulang kembali kerumah.

Terlepas dari itu semua, serangan ini menurut saya hanya sebatas dalih uji coba teknologi dan sebuah pamer kebolehan diajang perang, meskipun dengan serangan ini pula membuktikan kepengecutan policy US yang mendaulat dirinya sebagai garda penjaga kedamaian internasional. Disamping itu pula, dalam sejarahnya, dimanapun dan kapanpun keterlibatan US dalam perang, tidak pernah sakalipun perang terjadi di tanah USA, sehingga tentu saja secara infrastruktur meraka tidak dirugikan.

Dan perang melawan terorisme ini tidak akan pernah berakhir, bahkan kata jurnalis al-Jazeera yang ada di Pakistan mengatakan, bahwa Iraq, Afghanistan tidak akan pernah berakhir, dan mereka akan menjadikan tentara Amerika selamanya tidak bisa meninggalkan Iraq dan Afghanistan. Disamping itu pula, fundamentalisme adalah sebentuk ideologi, yang meskipun dibasmi secara kasat mata, tapi selamanya neo-neo fundamentalisme akan memunculkan generasi yang akan menjaga nilai-nilai warisan leluhurnya, dan demikian seterusnya akan begitu.

Fundamentalisme kata Olivier Roy dalam bukunya Globalized Islam adalah ibarat ideologi sosialisme, yang meskipun dalam peta tidak ada tapi dia akan tetap aja dalam diri pemeluknya masing-masing. Jadi sepertinya salah jika perang ideologi diberantas dengan perang fisik, pasti tidak akan berakhir, justru semakin menambah deretan korban jiwa disana-sini.

7 comments:

  1. ya, bisa jadi ini alasan sebagai uji coba.

    Mengenai teroris, sebenarnya ini penilain dan sebutan yg relatif. Sama dengan sebutan pahlawan.

    Buat orang yang sepaham, si A bisa dianggap pahlawan.
    Tapi buat mereka yang bersebrangan dg si A, maka si A dianggap musuh atau teroris.

    ReplyDelete
  2. wow... begitulah jika teknologi digunakan untuk kepentingan yang "tidak benar"...tapi manusia hanya membutuhkan sebuah alasan saja untuk "sebuah pembenaran"... memerangi terorisme?
    Kadang kita harus menggunakan banyak "kacamata" untuk memahami sebuah sudut pandang yang kita anggap "aneh"...
    Doaku semoga terhindar dari jaman yang menyesatkan kelak di kemudian hari pada saat banyak sekali dajjal yang membelokkan berbagai hal dengan persepsi mereka sendiri...

    Sabar ya bos...

    ReplyDelete
  3. wah kayak-kayaknya lagi latihan terbang yah mba

    ReplyDelete
  4. aduhhh, mama hilda syeremmm banget postnya..heuheuheu

    saya cinta damai bunda...

    tapi saya jadi nambah info neh

    thx sharingnya ;)

    ReplyDelete
  5. ideologi VS perang fisik = Tak ada penyelesain....

    serem ya....btw salam kenal mama hilda...

    ReplyDelete
  6. Bikin lagu ah, nadanya bikin sendiri ya mama:

    Damaiiii..., kapanlah tiba
    Tentraaam..., kapanlah datang
    Peraaaang..., terus terusan
    Untuuuk..., berebut makan

    Lapar..., banyak yang lapar
    Miskin..., banyak yang miskin
    Dendam..., kapan mereda
    Tangiiiis..., bocah petaka

    Sedih...
    Pilu...
    Marah...
    Benci...

    Wahai manusia jangalah berperang
    Mari damai dan bergandeng tangan
    Wahai manusia saling peduli
    Pada sesamamu hamba Illahi

    Ciptaan ngawur dari Seno he..he..

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar jika ada yang ingin anda sampaikan untuk postingan ini.
Regard,
Mama Hilda