Sepertinya tidak habis-habisnya kalau cerita tentang problematika domestik Pakistan. Dari postingan saya sebelumnya tentang Talibanisasi di wilayah lembah Swat, Bajour Agency dikawasan Tribal Area yang masih memanas, lagi-lagi sekolah dibakar dan diledakkan, anak-anak usia sekolah kembali kehilangan masa sekolahnya. Sementara di pemerintahan pusat wajah-wajah saling tuding dan saling menyalahkan semakin kentara, menunjukkan ketidaksiapan pemimpin yang ada untuk mengatasi masalah dalam negerinya.
Pembubaran pemerintahan federal wilayah Punjab beberapa waktu lalu yang ditandai dengan dicopotnya Shahbaz Sharif dari jabatannya sebagai Chief Minister dan mengalihkan kekuasaan pemerintahan Punjab ditangan Governor makin memperuncing perseteruan dua partai besar PPP (Pakistan People Party-nya mendingan Benazir Bhutto) dan PML-N (Pakistan Muslim League) Nawas Sharif. Memang, semenjak kedua partai ini menang telak di pemilu beberapa waktu lalu dan sepakat untuk membentuk pemerintahan koalisi, PML-N meminta wilayah federasi Punjab sebagai basisnya, dengan mengangkat Chief Minister dari PML-N, kalau di pemerintahan pusat istilahnya Perdana Menteri. Tetapi syarat koalisi yang diajukan PML-N agar secepatnya Pemerintahan Presiden Asif Zardari dan Perdana Menteri Yusuf Raza Gillani merestorasi lembaga judicial, sepertinya semakin tidak diindahkan, makin memperuncing dan memicu perseteruan kedua partai besar ini, sehingga secara lantang pemerintahan pusat membubarkan Chief Minister wilayah Punjab.
Hanya berselang beberapa hari pembubaran pemerintahan Punjab, aksi Terror di kota Lahore (Ibukota wilayah Punjab) tiga hari yang lalu makin memperkeruh suasana. Tim nasional criket asal Srilanka menjadi sasaran tembakan orang-orang bersenjata yang tidak dikenal, padahal bis yang ditumpangi tersebut kabarnya sudah anti peluru. Supir dari van yang ditumpangi Seorang wasit asal Australia yang ada di belakang konvoy bis rombongan Srilanka tersebut juga tewas seketika karena tertembak, dan wasit tersebut mengaku salama hampir dua jam berlindung bertelungkup dibalik jok mobil tidak ada seorangpun petugas keamanan yang mencoba menyelamatkannya. Padahal sebelumnya, pemerintah menjanjikan sembilan orang sekuriti sebagai pengawalnya.
Sementara itu diwilayah lain, provinsi Bolochistan memanas kembali dengan makin gencarnya tuntutan untuk memerdekaan diri dan lepas dari Pakistan, kalau saya boleh katakan nasib Bolochistan ini mirip dengan nasib Aceh, dimana negeri yang kaya akan kekayaan migas tapi rakyatnya melarat dan hidup dalan kemiskinan.
Dari wilayah Tribal Area, Swat, Lahore hingga Balochistan..kesemuanya itu menunjukkan sebuah pemerintahan yang sakit, bahkan mantan Presiden Musharraf sendiri berkata, paling tidak jika pengamanan bagus tentu ada yang tertembak diantara mereka. Padahal aksi tersebut jelas sekali terekam oleh CCTV nya, bahkan ketika mereka lari dengan berboncengan sepeda motor juga terekam, tapi dari 12 orang tersebut tidak satupun yang tertangkap ataupun tertembak. Justru dari semua korban meninggal 9 orang tersebut, 6 orang adalah para polisi. Salah seorang warga Srilanka ketika diwawancarai mengatakan, 'dibanding Srilanka, Pakistan relatif lebih aman dari kerusuhan, tetapi kami orang Srilanka tidak pernah membiarkan Kontingen Tim Nasional asing pulang dalam keadaan terluka'. Hal ini makin mencoreng citra Pakistan sebagai the most insecure country in the world. Sehari setelah kejadian tersebut, hampir semua kontingen atlit-atlit asing yang ada di Pakistan oleh kedutaan masing-masing diminta agar kembali ke negaranya karena kondisi keamanan yang tidak bisa diprediksikan. Sementara pemerintah sendiri kurang bisa memberikan jaminan keamanan yang proporsional.
The Sickman From South Asia, mungkin lebih cocok jika saya menjuluki negara ini, lepas dari pemerintahan militer, kemudian jatuh ke pemerintahan mafia, Asif Zardari yang tiba-tiba muncul menjadi orang teras PPP semenjak meninggalnya istrinya Benazir Bhutto. Atau mungkin ada opsi lain Nawas Sharif, tidak menjamin juga akan tercapainya stabitas nasional. Who's next? Mungkin dalam kondisi yang semakin morat-marit ini, lebih cocok jika ada kodeta militer lagi, sehingga pimpinan dipegang kembali oleh militer, karena justru dalam sejarahnya, Pakistan relatif tahan lama jika dipegang oleh militer. Sebut saja pemerintahan terakhir Musharraf yang memerintah hampir sepuluh tahun, dengan kemajuan perekonomian yang relatif mendongkrak inflasi, jika mungkin ujung-ujungnya dia terpaksa terjungkal dengan lonjakan harga minyak dunia beberapa waktu lalu, disambung dengan resesi global yang hampir semua negara terkena imbasnya.
Tanggal 16 Maret yang akan datang, pawai gabungan yang dimotori oleh para lawyer dan praktisi hukum dari seluruh propinsi di wilayah Pakistan akan berkumpul di ibukota Islamabad, pawai yang juga dimotori oleh partai PML-N, juga aliansi-aliansi yang menuntut restorasi lembaga judisial akan bersatu dan berkumpul dikawasan protokol Islamabad, diperkirakan ratusan ribu simpatisan akan berkumpul pada hari itu, metal detector akan dipasang dan disebar dimana-mana, podium orator dipasangi kaca anti peluru sudah pasti mereka juga memakai rompi anti peluru, sekolah-sekolah diliburkan, seperti beberapa hari lalu, beberapa bataliyon pasukan elit komando dikerahkan untuk mengamankan ibukota dan harapan terakhir, semoga pawai ini berjalan dengan damai seperti sebelumnya, tanpa huru-hara tanpa baku hantam.
Strike, long march, demo..tidak jarang berbuntut pada kekerasan dan huru hara..Semoga
PERTAMAX yah? bikin kapling dulu ahhh...
ReplyDeletewah..ulasan politiknya deskriptisf sekali. kita yang di indonesia jadi tahu perkembangan politik luarnegri cukup mantengin blog ini ajah.
ReplyDeletesukses mama hilda deh pokoknya...
kisruh politik di Pakistan kayaknya ngga ada habisnya ya..Mom?
ReplyDeletesaingan ama Indonesia utk urusan demo dan anarkhisme, but kayaknya di Pakistan jauh lebih parah ya???
selalu ada sisi panas dari masa transisi/perubahan. ini mungkin lebih karena ketidaksiapan banyak pihak atas perubahan yang terjadi. melangkah mundur terlalu jauh saya kira bukan cara yang paling bijak :)
ReplyDeleteTampaknya di wilayah ini selalu panas ya... sering terjafi perselisihan di dalam maupun ke luar dengan India
ReplyDeleteIya ni ma, makin runyam aja urusan Sri Langka ma Pakistan ma India. Sebenarnya masalah utamanya apa ya. Kok berlarut2 kayak Isra-Pale. Apa karena batas wilayah ya ma?
ReplyDeleteups kembali menjadi negara militer lewat kudeta? benarkah itu sebuah solusi yg tepat?
ReplyDeleteSaya ngga bisa banyangin kalo hidup didaerah yang kisruh seperti Palestina ini..paling tidak membuat bersyukur hidup di Indonesia yg masih jau lebih aman..
ReplyDeleteandai semua bisa berdamai..mungkin dunia akan lebih indah..
Waduh...kayaknya "life in the panic", alhamdulillah Indonesia sudah melewati masa-asa demikian eski gontok-gontokan tetep. Kayaknya memang hobinya orang arab dari dulu perang ya Mam,.... Mama Hilda nggak was-was itu?!
ReplyDeletewah lagi gawat kayanya situasi disana neh mam :D
ReplyDeleteehhh,ndak kebayang saya mama hilda betah disana euyyy..heee
met wiken ya mam ;)
blogwalking here with this lovely smile :)
ReplyDeletehave a great week end :)
istilah menggelitik The sickman from south Asia, memang sepertinya negeri-negeri asia selatan ini seharusnya kaya raya dengan limpahan kekayaan buminya, tapi kenapa kok malah bentrok terus menerus sih ya...
ReplyDeleteLuasnya wilayah dan banyaknya wilayah yang penjagaannya minim karena sulit dijangkau kadang menjadi pasar senjata dan narkoba, doh memang asia itu sulit untuk dapat ditaklukan dengan aturan yang jelas ...
berdoa saja... semoga negeri ini ngga akan terjadi sperti apa yang sedang melanda timur tengah.. dijamin ngga tenang deh....
ReplyDeletesaya kok lupa nanya yah, itu judulnya kok sick man from south asia...heheheh
ReplyDeleteudah cair kok seminggu lalu mam...xixixi, rahaciya...wkwkwkwk
Iya mau nanya juga, judulnya kok the sick man?
ReplyDelete"The Sick man From South Asia" emang pada sakit jiwa kali ya mam hehee, wah sekarang lagi seneng politik kayaknya heheee
ReplyDeleteWaduh mum, bingung aku kalau melihat mereka. Disini saja pergulatan sudah sama dngan perang.
ReplyDeleteTitip iklan link ahhhhhh.,...
ReplyDeleteNtar militer berkuasa lagi, nambah masalah lagi. Perang kapan berakhirnya?
ReplyDeleteapa gak cape perang terus sih...
ReplyDeletesoal politik yang tiada akhir...
ReplyDeletemampir mam...lagi sibuk apa ya??? maap kemarin saya jg off, inetnya lelet males jd nya :D
ReplyDeletenirmana@ thanks ya
ReplyDeletePenny@ bukan ngga ada habisnya mba, tapi memang ini lagi kisruh berat
Sibaho@ kalau saya bilang transisi yang tidak berhasil mas..
Erik@Betuk kang Erik
Easy Mafia@ selalu runyam semua negara yang di kawasan asia selatan mas.
Bunda@ kalo ngga dikudeta..akan selalu gontok-gontokan terus bunda, tiipe orang pakistan memang sepertinya cocok menggunakan stick ketimbang carrot.
Atca@ saya juga maunya damai aja mbak
Masnur@ Panic..biasa aja kali mas, tapi agak was-was aja.
Nara@ betah ngga betah gimana kang, orang sawahnya disini.
Genial@ thanks for your visit
Suryaden@ memang dibuat ngga stabil kang, biar jalur perdagangan terhambat.
Ifoel@ betul kang
Nara, Erik, Dede@ memang para policy maker nya pada sakit semua..kocar-kacir smua..
Dexter@ ndak usah bingung, dikomik aja..lho apa hubungannya ya heheh
Alris@ memang dibuat ngga berakhir kali ya..
Lyla@ saya juga capek jeng..memang morat marit terus ini..
Saya gak mau membandingkan Pakistan dengan Indonesia atau manapun. Sejarah membuktikan bahwa negara berkembang dlm perjalanannya selalu membutuhkan "Tokoh Panutan" yang bisa mengayomi, mempersatukan dan dihormati oleh rakyatnya. Sehingga ketika terjadi kekosongan sang "Negarawan Panutan"nya yang terjadi adalah kemerosotan rasa persatuan, dan ancaman disintegrasi menjadi momok setiap saat.
ReplyDeleteUntuk kondisi seperti sekarang ini dng label "The Sick man From South Asia" saya setuju dengan opsi memunculkan pemerintahan militer, atau setidaknya Pemerintahan Sipil dengan pucuk pimpinan yg berasal dari militer... untuk mengendalikan negara yang terlanjur morat-marit.
ReplyDeletexitalho@ memang sejarahnya selalu demikian bang, kadang penguasa sipil kurang bisa membaca situasi sehingga kerapkali koalisi berakhir pada konfrontasi sehingga nasib rakyat digadaikan..
ReplyDeleteHari minggu ketegangan sempat memuncak bang, militer udah di garda belakang pasukan brimob jika sampai anarkis tidak terkendalikan, dan pemerintah masih bersikeras, akan ambil alih..saya udah siap-siap mau kirim ke media kalo sampe kudeta..eh ngga jadi ternyata hiks...