Monday, October 6

Catatan Lebaran

Akhirnya lebaran yang kita tunggu-tunggu kembali kita rayakan, setelah sebulan berpuasa semoga amal ibadah kita selama Ramadhan akan selalu berbekas dihati kita. Lebaran di Pakistan jatuh pada hari Rabu, hanya sebagian kita sudah tidak melaksanakan puasa sehari sebelumnya bagi yang mengkiblat puasa dengan Saudi, tidak salah kalau kita ikut lebaran mereka karena ulama sendiri ada yang memboehkan kita untuk berlebaran jika dimuka bumi ini ada yang sudah merayakan. Kebetulan Saudi sudah merayakan sehari sebelum Indonesia merayakan lebaran.

Pakistan, kali ini lebaran dalam pengamanan yang super ketat, tidak sengaja melirik headline koran hari itu, bahwa pemerintah mengerahkan hampir 2500 personnel untuk mengamankan ibu kota Islamabad, personel ini termasuk para ranger yang banyak dipasang di beberapa sudut pintu-pintu jalan masuk yang menghubungkan arah luar kota, atau di dekat kawasan penting seperti gedung-gedung pemerintahan, kantor-kantor perwakilan asing, kawasan diplomatic enclave juga sudut-sudut kota. Hampir semua pintu masuk yang kearah ibukota dihadang check post polici yang mengecek tiap-tiap mobil berplat nomor luar kota, bagasi dan seluruh isi mobil semua diperiksa. Duh segitunya...ya, tidak mengherankan sampai Palang Merah Internasional sudah mengkategorikan Pakistan sebagai Zona negara perang, dan seruan bagi seluruh staff membernya PBB untuk memulangkan seluruh keluarganya ke negerinya masing-masing, juga beberapa kedutaan seperti GB, US, Prancis, juga menyerukan hal yang sama, sehingga sekolah sekolah mereka terpaksa tutup karena keadaan.

Tetapi apakah segitu parahnya sih..? Kasus di lapangan tidak separah yang diberitakan oleh media, memang kadang media terlalu hiperbolis membesarkan pemberitaan tentang Pakistan sehingga tanpa di embargo pun oleh media Pakistan sudah terpojok, travel warning untuk turis ini secara tidak langsung sudang memberikan implikasi negatif bagi kelangsungan devisa negara yang biasanya turis datang untuk menyaksikan keindahan pegunungan karakoram, lereng lembah himalayanya dan pesona salju abadi, tapi memang siapapun tidak akan mau ambil resiko keselamatan masing-masing, bahkan pemerintah sendiri sudah mengumumkan siaga 3, yang berimplikasi pada larangan keluar rumah karena memang keamanan tidak dapat diprediksikan. Memungkinkan sewaktu-waktu bisa saja terjadi serangan atau penculikan seperti yang terjadi pada kasus penculikan Dubes Afghanistan beberapa waktu lalu.

Bagi kami warna negara asing yang tinggal lumayan lama di Islamabad, bisa menghindari dari situasi yang demikian, memang kita harus tetap waspasa, karena seperti kita memang bukanlah sasaran orang-orang militan karena kita ini hanyalah orang Indonesia yang dikenal oleh Pakistan sebagai muslim brother, terlebih mereka begitu terkesan dengan Presiden Soekarno. Memang sasaran selama ini yang terjadi orang-orang bule dan warga cina, karena seperti yang pernah terjadi bom yang meledak dikawasan kedutaan juga terjadi di kawasan kedutaan Nederland, kemudian restaurant yang kena bom juga restaurant italy yang memang restoran itu mangkalnya turis-turis asing. Ya..selama kita kita selalu merasa bukan sasaran, jadi sepertinya kita enjoy aja, tapi meskipun begitu kita selalu waspada dan selalu memantau keadaan. Nah biasanya kita cenderung dirumah dan tidak melakukan aktifitas keluar rumah kalau sudah ada demo massa, biasanya sering terjadi hari Jum'at selepas jum'atan.

Lebaran kali ini seperti lebaran biasanya tetap marak, libur nasional diumumpkan mulai hari rabu hingga hari senin masuk kembali, sementara sekolah-sekolah rata-rata sudah mulai meliburkan diri sejak hari sabtu sebelumnya hingga hari ini kembali masuk. Pengumuman pemerintah tentang idul fitri yang agak larut sontak membangunkan kembali galiat pasar-pasar dan market-market, mereka yang tadinya mau tutup toko sekitar pukul 11 pm begitu pemerintah mengumumkan esok lebaran, mereka seakan ada gairah baru, toko-toko kembali buka hingga pukul 2 dini hari masih terlihat keramaian di market-market dan pusat-pusat perbelanjaan, tukang penjual gelang Curia (gelang khas pakistan) kembali menggelar dagangannya, pembeli yang tadinya lesu karene seruan maulana untuk kembali mengerjakan tarawih, berbondong-bondong kembali meneruskan belanja untuk lebaran. Tukang heena...yang melukis tangan dengan pacar, kembali membuka layanan jasanya, karena sepertinya tidak meriah kalau event lebaran ini telapak tangan tidak dikasi lukisan heena.

Itulah geliat lebaran, bagaimanapun keadaan negara, lebaran adalah tetap lebaran, kemenangan bagi kita semua, tetap meriah seperti biasanya, tanpa ada wajah-wajah kekhawatiran dan terror, tidak ada diwajah mereka. Meskipun keamanan super ketat, tapi moment inilah kita bisa melupakan suasana genting, dengan ikut memeriahkan lebaran, sebagai pribadi yang telah dapat memenangkan kompetisi hawa nafsu. Semoga lebaran bisa menambah keimanan kita, dan kita diberikan umur panjang hingga kita dapat bertemu dengan ramadhan yang akan datang. Amien...

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar jika ada yang ingin anda sampaikan untuk postingan ini.
Regard,
Mama Hilda