Problematika perempuan rasanya tidak ada habisnya selalu mengemuka, muncul ke permukaan, menjerit meminta perhatian akan sebuah solusi yang dapat meminimalisir problematika yang ada.
Gaung pemberdayaan perempuan semestinya sudah bisa dirasakan sampai ke pelosok negeri kita, karena perjuangan Kartini sudah hampir lebih dari seabad kita peringati, surat-surat beliau senantiasa dijadikan sumber renungan, dan sebagai mercusuar pergerakan perempuan di Indonesia, tapi nyatanya gaung tersebut hanya berupa genderang sayup-sayup yang hanya dirasakan oleh kelompok perempuan urban yang notabene berada di perkotaan.
Ada yang menggelitik ketika beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah headline di harian kompas yang berjudul 'Kartini-Kartini di Penampungan', yang diterbitkan pada tanggal 15 April lalu, sebuah judul yang memberikan pesan, bahwa para pekerja-pekerja wanita kita yang ada di negeri jiran, masih memerlukan perlindungan hukum yang solid. Para wanita-wanita ini umumnya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, jauh meninggalkan anak-anak dan keluarga mereka untuk menyambung ekonomi keluarga. Mereka sangat rentan sebagai korban agen-agen tenaga kerja illegal yang seenaknya saja mengirimkan tenaga kerja tanpa surat-surat resmi. Kasus yang terjadi sangat beragam, mulai dari kasus kekerasan baik verbal maupun fisik, permasalahan yang berkenaan dengan penempatan kerja, gaji yang terkadang justru di ambil oleh agen penyalurnya, hingga kasus penipuan yang tidak jarang membuat mereka terpaksa kehilangan segala-galanya.
Belum lagi kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) yang masih sering terjadi, arus krisis global makin memicu semakin marak terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, terlebih lagi jika hal tersebut mengatas namakan agama. Sering agama disinyalir memperbolehkan suami untuk memukul istrinya, padahal tentu saja dalil-dalil seperti itu mesti berdasarkan pada kondisi tertentu. Meskipun jika anda tinggal di kota hal ini jarang terdengar, tapi di kawasan pedesaan tentu hal ini seringkali menjadi fenomena yang lumrah.
Tingginya angka kematian ibu juga makin memperpanjang rentetan permasalahan perempuan yang butuh penanganan maksimal. Dari data yang saya peroleh dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia, kasus angka kematian ibu di Indonesia pada kisaran 307 per 100.000 kelahiran hidup. Itu artinya dalam jangka waktu dua jam ada ibu yang meninggal, entah karena persalinan, aborsi atau keguguran. Angka tersebut menunjukkan kurangnya sosialisasi pemahaman sistem reproduksi perempuan. Sehingga informasi tidak menjangkau seluruh segmen masyarakat, terlebih lagi dengan makin mengendornya kesadaran masyarakat akan pentingnya program keluarga berencana, makin menambah makin tingginya angka kematian ibu. Program keluarga berencana ini bukan semata membatasi kehamilan, akan tetapi memberi jarak kehamilan sehingga seorang ibu dapat secara maksimal memberikan pengasuhan dan perawatan pada anaknya, sehingga akan menumbuhkan generasi-generasi yang cakap pada masa mendatang.
Tahun 2010 mendatang Indonesia diprediksikan akan mengalami lonjakan demografi, artinya penduduk usia produktif meningkat dua kali lipat separuh dari seluruh populasi penduduk Indonesia. Hal ini berarti jika pengembangan SDM tidak didukung dengan pola pengasuhan anak yang maksimal, disamping gizi yang seimbang, sepertinya lonjakan demografi ini bukan sebagai blessing, anugrah tapi bencana, seiring dengan melonjaknya angka pengangguran. Dan kesemuanya itu bermula dari seorang IBU..
Hari kartini ini adalah sebuah momentum penting, bukan hanya untuk perempuan Indonesia, tapi bagi bangsa Indonesia, bahwa perjuangan kaum perempuan masih panjang, karena masih sederet pe-er panjang yang perlu diperhatikan, semoga spirit Kartini selalu mewarnai langkah-langkah panjang gerakan pemberdayaan perempuan, menuju perempuan yang sehat, dinamis dan sejahtera.
Sebagaimana cita-cita Kartini dalam notanya untuk Rooseboom, dalam Sulastin (Dri Arbaningsih;2005) Berilah pendidikan kepada perempuan Jawa, gadis-gadis kami! Didiklah budinya dan cerdaskan pikirannya. Jadikanlah mereka perempuan yang cakap dan berakal, jadikanlah mereka pendidik yang baik untuk keturunan yang akan datang! Dan bila pulau Jawa mempunyai ibu-ibu yang cakap dan pandai, maka peradaban satu bangsa hanyalah soal waktu saja.
Selamat Hari Kartini
Pertamanyaaaaaaa
ReplyDeletewah..bener nih hehehe
ReplyDeleteAku bangga jadi Kartini alias wanita alias perempuan hehehe
hidup wanita!!!
met hari kartini buat mama hilda dan seluruh wanita indonesia :)
ReplyDeletesik baca doloe mam...xixixixi:D
Sepertinya memang perdebatan mengenai kesetaraan gender tidak akan pernah usai sepanjang masih adanya tuntutan yang irasional dari sementara kelompok feminisme.
ReplyDeleteDi kalangan tertentu malah muncul anggapan bahwa perjuangan kaum perempuan itu identik dengan memerangi kaum lelaki ..hue he
Perempuan harus diberikan kesempatan dan peluang yang luas untuk maju dan berkembang. Peluang ini harus terbuka lebar2 tanpa ada sekat-sekat yang menghalanginya. Tugas pemerintah adalah mendorong terbukanya peluang tersebut dan menghapus sekat-sekatnya.
Melalui berbagai regulasi di bidang pemberdayaan perempuan dan stimulasi kepada kaum perempuan tujuan ini bisa dijalankan, sehingga selanjutnya perempuan itu bisa menduduki jabatan lebih dari pria sesuai dengan kadar pengetahuannya.
Setelah peluang itu dibuka seluas-luasnya maka berlangsung proses penyadaran kepada kaum perempuan atas batasan hak-hak dan kewajibannya. Perempuan harus tetap mematuhi kodratnya sebagai perempuan dan tidak boleh melawan kodratnya itu.
*Top posting ... hidup perempuannn
wah, saya juga speechless bacanya nie mam :)
ReplyDeletemo komen apa yah? soale udah komplit, tinggal kesadaran pemerintah dan kepedulian masyarakat untuk saling mendukung aja nie.
tapi mam care juga dengan TKI yang diluar, dulu saya sering baca di blognya gadis rantau aja mam.
selamat hari kartini mam :)
selamat menyambut hari kartini ya bunda.... bravo perempuan.....
ReplyDeleteSetuju mam, kalau Wanita/ibunya berkualitas unggul, maka potensi bangsa tsb menjadi unggul akan lebih besar.
ReplyDeletebanyak blogger populer yang posting kartini, but disini artikelnya berasa paling menggigit!
ReplyDeletemet hari kartini yaa mam..., semua itu berawal dari seorang IBU. hahaha, ketawa guling2 saya.
Udah baca dari semalem, pas mau komeng tiba2 mati lampu hiks..
ReplyDeletePerjuangan kartini masih harus diteruskan. Masih banyak yang tertindas, masih banyak yang menderita.
Selamat hari Kartini, hidup wanita Indonesia.
Hidup juga kartini!...Kartini emang oye! kalo nggak ada kartini, nggak ada kita2 nih...makanya bener kata Atca, hidup wanita!!!
ReplyDeleteselamat hari kartini...bunda.
ReplyDeleteAyo bangkitlah para perempuan indonesia, contohlah seorang sosok Ibu Bangsa kita Ibu Kartini... hehehe
ReplyDeleteAlhmdulillah mam udah lumaya sehat sekarang... :D
Masalahnya memang cukup rumit, bukan hanya menyoal kesetaraan gender. Selama ini keterwakilan kaum hawa di DPR pun ternyata masih minim. akibatnya sejumlah kebijakan pun dibuat bukan berdasarkan perspektif perempuan. Masih cukup panjang PR bagi kaum perempuan untuk bisa menyuarakan kepentingannya. Salah satu kunci utama adalah memberikan pendidikan utk kaum perempuan. Dengan kecerdasan, wanita mampu mengubah sesuatuyang mustahil menjadi nyata.. Selamat Hari Kartini dan tetap semangat...
ReplyDeletekartini adalah simbol perjuangan hak-hak wanita... and I appreciate.. krn ibuku wanita..nenekku wanita.. dst. Bahkan sekarang pun hidupku bisa berarti karena ada partnerku (wanita) dan lebih membahagiakan lagi ketika buah cinta kami ..hadirlah dua orang calon wanita...dan satu orang calon pria..... (semoga gak binun ya mam..hehehe)
ReplyDeleteSilahkan mam, tapi 3 jam nontonnya mam, jadi harus sambil nyemil biar g ketiduran he..he..
ReplyDeleteaduh dah jadi yang ke enam belas ni,,mam dapet kosa kata baik dan bener dari mana ce mam,,ajarin aku dunk,selamat hari kartini juga yah mam!
ReplyDeletebuat para ibu ,heheheheh
menjadi kartini memang tidaklah mudah, tapi berdiam diri tidak melakukan apa-2 juga bukanlah tindakan yang tepat, minimal kita harus bisa menjadi kartini di keluarga kita masing2.
ReplyDeletenice sharing mam, semakin hari semakin bertambah salutku padamu.
wah kayaknya sampai dengan sekaran ini sih sudah mba, hanya saja belum keliatan jelas, masalahnya banyak yang kontra sih
ReplyDeleteSebenarnya memang tanggung jawab paa lelaki juga..ehmm kira-kira aku isa melakukan apa ya...
ReplyDeleteTapi kalau bisa jangan dengan kata diberdayakan namun di bentuk dan optimalkan..
Karena rasanya kok jadi kalau perempuan itu tidak berdaya..
Atca@ pertama dapat permen hehehe
ReplyDeletegdenarayana@ yup saling mendukung..setuju
Abang@ bagi saya kesetaraan itu saling mengisi kekurangan, karena ada sisi dimana relasi gender itu selayaknya saling melengkapi.
Ifoel@ thanks kang ifoel
Erik@ Yup setuju juga
trimatra@ gigit donat ya kang..hehehe
Seno@ betul kang..
ablogtalk@ hidup wanita juga :)
sepur@ makasih ya
Indra@ ayo..syukurlah kalo udah sehat
Bunda@ betul bunda, mau saya sisipkan juga keputusan Mahkamah Konstitusi pra-pemilu kemaren, tapi kayaknya kepanjangan, mungkin lain waktu aja saya buat postingan sendiri aja masalah itu, memberlakukan zipper system, padahal dgn sistem affirmative action aja di legislative tidak sampai 30 persen kuota perempuan, data IPU indonesia hanya 11 persen dari perolehan legislative perempuan pemilu 2004.
Xitalho@ asyik..dikelilingi wanita-wanita tangguh nih kayaknya
Seno@ lum sempat nonton kang, ngejar deadline ini..
inuel@ makasih ya..sama-sama met hari kartini juga, baca dan menulis itu modal utama.
Bening@ setuju..makasih ya..blog bening juga makin bagus lho..
ciamis manis@ kalau diperkotaan betul mas, tapi coba kita sejenak tengok yang di daerah rural..pasti masih banyak yang perlu diperhatikan.
dexter@ kamu bisaaa...hehehe, diberdayakan, saya mengambil terjemahan yang dipakai untuk menerjemahkan empowerment ke bhs Indonesia, karena memang pergerakan gender di Ina kali ini sudah bukan menggusung tema emansipasi lagi tapi menuju pemberdayaan, atau empowerment. Atau barangkali ada kata lain terjemahan dari kata tersebut?
entah mengapa, perjuangan moral dan agama yang sejatinya mengangkat perempuan, selalu saja mentok dan kembali lagi ke jaman jahiliyah dimana perempuan sangat tidak dihormati dan dipandang sebelah mata. Mungkin ada salah satu kesalahan dalam proses transformasi pendidikan di sini, atau karena ego fasis dan jahiliyah yang memang masih dipupuk hingga saat ini...
ReplyDeleteSelamat Hari Kartini, semoga lebih banyak Kartini2 Indonesia yang mengharumkan bangsa Indonesia, di manapun berada!
ReplyDelete"Nulis komeng ini sambil ngopi"
Happy Kartini
ReplyDeletemohon maap lahir batin hihi lebaran kalee...
Selamat hari kartini
ReplyDeleteIya mam, sayang skalai kartini penghasil devisa negara tersebut merantau di negri orang, namun kurang mendapat perlindungan hukum. Sehingga banyak yang jadi korban.
met hari kartini yah mba hilda.....
ReplyDeletemoga kamu menjadi seorang kartini yang diharapkan oleh ibu kita kartini....amin.....
met hari kartini,
ReplyDeletesemoga semakin sukses wanita Indonesia
sukses dunia dan akhirat
maaf telat, malem2 gini baru ngucapin selamat, besok dah tanggal 22, hihi
Selamat Hari Kartini untuk seluaruh wanita
ReplyDeleteSelamat hari Kartini buat semua kaum hawa
ReplyDeleteSelamat hari kartini
ReplyDeleteSelamat hari Kartini mbak
ReplyDeleteSenengnya bisa membaca tulisan diblog ini, terus berkarya ya mbak.. Saya tunggu tulisan2 lainnya..
ReplyDeletekartono takan bisa tanpa kartini
ReplyDeleteselamat hari kartini,
"dicari kartini kartini masa kini"
ReplyDeleteSuryaden@ itu karena para ulama kebanyakan laki-laki kang, jadi seringkali kita dapati fatwa agama tentang perempuan berbias jender..mungkin itu salah satunya.
ReplyDeleteDede@ makasih..
Linda Belle@ lebaran masih lama mbak..
Erik@ setuju bang erik
Kotabengke@ makasih..amien..
Rayearth@ makasih
Joe@ makasih mas Joe
Blog anak Nelayan, Khairiyanto, Ibnu@ makasih semuanya..
Ajeng@ makasih mbak..
Sino@ hehe betul..
Si kumbang@ wah kaya buronan dong hehe
Keseteraan gender bukan berarti wanita bisa "benar-benar" sama dengan pria. Karena pria "lebih" daripada wanita adalah sunatullah.
ReplyDeleteBangkit dan bersatulah Kartini-Kartini Indonesia....!!!
Udah pernah ketemu mam, di film he.h.e.. Susana.
ReplyDeletenengokin Kartini.. mam...
ReplyDeleteSemoga kesetaraan gender tidak disalah-artikan, sehingga statusnya jadi ruwet... jika pasangan Tono dan Tini, yang ada adalah tetap :
- Pak Tono dan ibu Tono
dan takkan bisa di balik menjadi :
- ibu Tini dan pak Tini..
tapi tetap pak Tono heheheh....
Selamat beremansipasi...
btw, kamu sekampung kan sama ibu Kartini yaa...he2, pantesan ngulasnya dalem bangeets...! good posting!
ReplyDeleteLis Indra@ kalau saya mengartian kesetaraan bukan dalam artian kesamaan atau lebih, tapi 'lebih' disini, merupakan saling mengisi kekurangan.
ReplyDeleteSeno@ hehehe..
Xitalho@ yup betul kang..hehehe
Zahra@ hehe konsulat, thanks mbak..
Jawab : Udah. Tapi belum maksimal alias baru sekiann persen aja. Tu aja kebanyakan inisiatif sendiri buat maju..
ReplyDeleteMet Hari Kartini..
anyway SalamKenal
thom
Selamat Hari Kartini ...
ReplyDeleteSalam Kenal dari masDan
dimana-mana ngebahas Kartini
ReplyDeletemampir dirumah karini...ehhh mama hilda :D
ReplyDeletewaduh, puanas banget sekarang nie mam, pengen masuk dalem kulkas biar adem :D
mampir nengokin mama Hilda
ReplyDeleteMemperingati dan merayakan beda gakya mam...hehehehe.
ReplyDeleteHari Kartini cocoknya apa..memringati ya..?? Biar pada ingat sama pesan-pesan moral yang ditiupkan Ibu kita Kartini .
salam kenal mama
ReplyDeletewah blognya yahuuud
bisa tukeran link mama
aku kenalan juga mama
ReplyDeletewah asyik memang sang kartini
ReplyDeletesaya bisa sukses sekarang karena ada perempuan disisi saya...hehehe
ReplyDeleteSalam kenal mbak,
ReplyDeleteMari bersama-sama berjuang untuk meminimalisir permasalahan yang dihadapi perempuan.
Meskipun sulit, kita harus mau berbagi untuk sesama kaum perempuan.
Thom@ betul..thanks
ReplyDeleteMasdan@ salam kenal juga
Antares@ momentnya lagi hari kartini
GdNarayana@ sama kang ini juga udah mulai panas..
Erik@ makasih udah nengokin
Amie Breeze@ makasih infonya
Xitalho@ setuju kang..
Blogger Senayan@ makasih, nanti saya tambahkan link blognya ya
MAMA@ salam kenal juga
Cara bikin anak@ mungkin..
Omiyan@ kesuksesan perempuan juga karena dukungan laki-laki mas, imbang..
Puspita Wulandari@ salam kenal juga mbak
He..he.. iseng doang mam, g ada ide makanya posting duren he.he..
ReplyDeleteUdah saya update mam tebak2an mama. Makasih udah nambahin ya Mam.
belum posting lagi ya mam?
ReplyDeleteIya mam Di Bengkulu juga ada 30 kepsek yg ditangkap. Wah, jaman uedyan tenan Mam.
ReplyDeleteBravo buat Kartini-kartini abad ini..
ReplyDeleteBravo Perempuan Indonesia....
wah bener2 panas sekali skg di bali mam, minum aer bisa segalon nie sehari :D kagak nahan hikzzz
ReplyDeleteKartininya pd sibuk FB ama ngBlog neh...hehhehee
ReplyDeleteSisi Lain Kartini : Pelopor Kebangkitan Nasional
ReplyDeleteSejarawan George Mc Turnan Kahin, penulis buku Nationalism and Revolution Indonesia, mengatakan bukan Budi Utomo pelopor pembaruan pendidikan di Indonesia melainkan Kartini. Sementara itu Profesor Ahmad M. Suryanegara, dalam buku Menemukan Sejarah, menuturkan Kartini tidak hanya berjuang untuk perempuan, tapi juga untuk membangkitkan bangsanya dari kehinaan. Asvi Warman Adam menyimpulkan pula Kartini tidak hanya tokoh emansipasi perempuan, tetapi juga pelopor kebangkitan nasional.
Selengkapnya
http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2009/04/kartini-pelopor-kebangkitan-nasional.html