Friday, May 22
Cerdas Menonton TV Bersama Anak
Seperti postingan sebelumnya, rasanya kalau mengikuti kontes menuju pilpres ngga akan ada habisnya kita dibingungkan dengan analisa atau koar-koar nya para tim sukses masing-masing kandidat presiden, bagi saya yang terpenting pesta demokrasi ini semoga akan berjalan dengan lancar dan tertib, dan semoga tidak ada calon yang tidak terpilih menjadi stress.
Sebagai orang tua, tentu kita merasa selalu tertuntut untuk menambah wawasan dalam mengasuh anak, karena itulah belajar menjadi tidak berhenti, karena zaman akan semakin maju dan tentu kita tidak bisa begitu saja mengandalkan kemampuan pengasuhan anak kita pada pola yang dahulu di lakukan orang tua kita atas diri kita.
Televisi..sebuah kotak ajaib yang kadang bisa berfungsi ganda, bisa sebagai hiburan dan juga untuk memenuhi kebutuhan informasi kita sehari-hari. Tetapi bagi sebagian orang tua yang anaknya kecanduan televisi, kadang hal ini menjadi kepusingan tersendiri, terutama jika si anak mulai lebih senang nongkrong di depan televisi ketimbang melakukan aktifitas lainnya.
Sesuai janji saya di postingan sebelumnya kali ini saya akan coba share tentang tips cerdas menonton TV, mungkin jika dibaca seakan mudah sekali memaparkan teorinya, tapi kadang sebagai orang tua seringkali kita akhirnya mentok pada kenyataan. Tapi ada benarnya kita mencoba hal-hal yang selama itu positif bagi perkembangan anak.
Kembali ke tv timing, artikel ini saya baca beberapa waktu yang lalu di situs parent center.
Memberikan masukan cara dan tips terbaik untuk memberikan batasan, berapa banyak anak anda menyaksikan televisi atau video adalah dengan menempatkan televisi seperti gula; yang artinya anda tidak ingin anak anda mengkonsumsi manisan atau permen yang menggiurkan ini terlalu berlebihan. Menurut American Academy of Pediatrics, porsi anak-anak dalam menonton tv sebaiknya di batasi dari 1-2 jam sehari, sementara anak usia dibawah dua tahun tidak dianjurkan untuk menonton tv. Barangkali pertama-tama akan sulit memulainya.
Disini ada beberapa point penting bagaimana menjadikan televisi sebagai alat penunjang pembelajaran pada anak.
Batasi anak anda dalam menonton tv
Ketika anak anda di bawah usia dua tahun, akan lebih baik menjadikan acara nonton tv di kisaran minimum. Jika anda memperbolehkan mungkin akan lebih baik untuk selalu memberikan break atau jeda dalam setiap 15 menit. Karena lebih dari porsi tersebut, dapat merubah otak balita anda menjadi autopilot.
Memasuki usia ke-2, batasi total menonton tv-nya menjadi satu jam sehari, meskipun sebenarnya satu jam itu terlalu berlebih untuk anak yang aktif, perlu diingat bahwa anda perlu menempatkan pesawat televisi anda pada tempat yang kurang strategis, misalnya jangan meletakkan televisi di ruang tidur dan matikan televisi anda selama jam makan.
Tontonlah tayangan program bukan televisi
Ketimbang duduk dan menyaksikan apapun program yang di tayangkan stasiun tv, sebaiknya pilihkan program televisi tertentu yang memungkinkan ditonton oleh anak anda, kemudian matikan televisi jika tayangan program tersebut berakhir. Jangan lupa selalu ingatkan anak anda di menit terakhir tayangan acara tersebut. Misalnya dengan mengatakan, "Nak Doranya udah mau selesai, setelah ini main yang lain ya.." Hal ini akan membantu balita anda melalui proses transisi menuju aktifitas lainnya.
Pilihlah program televisi yang tenang
Sajian program televisi yang kalem dan tenang akan membantu anak anda untuk mencoba berpikir dan mencerna tayangan informasi yang dia saksikan. Terlalu banyak tayangan yang bergerak dan cepat akan membingungkan balita anda dan melelahkan pandangan mata kecilnya.
Beberapa riset menyarankan bahwa anak-anak yang menyaksikan tontotan kekerasan dari televisi memungkinkan mereka untuk lebih memperlihatkan perilaku agresif. Juga hindari tontonan horor dan pilihkan program yang simpel yang menekankan interaktifitas, yang paling utama, pilihkan program tayangan yang memberi anak anda inspirasi untuknya untuk menirukan suara, berbicara, bernyanyi dan bergerak, atau menari misalnya seperti tayangan Dora the Explorer atau tayangan Blue Clue.
Sertai anak anda selama menonton
Akhir-akhir ini dalam studi kasus tentang pengelompokan akses televisi pada anak, di sebutkan ada tiga kelompok; pertama, anak-anak yang mengkonsumsi televisi dengan akses tanpa batas, kedua, anak-anak dengan akses televisi yang sekadarnya atau sewajarnya, yang selama menonton tidak di sertai oleh orang tuanya, dan anak-anak yang akses sewajarnya dan selama menonton televisi di temani oleh orang tuanya.
Kelompok terakhir membuktikan mendapatkan prestasi tinggi dalam prestasi akademisnya dibanding dengan kelompok yang lain. Mungkin sepele ya menemani anak menonton, tapi sebenarnya hal itu sangat penting untuk menambah pengetahuannya, karena dalam usia dininya anak selalu ingin tau hal-hal baru secara detil. Inilah alasannya kenapa menemani anak selama menonton sangat di anjurkan.
Tidak disangkal bahwa barangkali sebagian dari kita pasti pernah melakukan aktifitas dimana kita menjadikan televisi atau video sebagai babysitter yang menemani anak kita selama kita sedang mengerjakan sesuatu, tetapi cobalah anda renungkan, ketika anda meninggalkan anak anda sendirian hanya ditemani oleh program tayangan televisi, sebenarnya anda memberikan signal bahwa anda tidak perduli dengan apa yang anak anda tonton. Maka sebaiknya, jika barangkali anda sedang dalam kesibukan baik itu mencuci, menyetrika atau lainnya, usahakan sedapat mungkin anda dapat selalu mengawasi apa yang sedang menjadi tontonan anak anda saat itu. Atau bila perlu duduknya di ruangan yang sama sehingga anda berdua dapat sama-sama enjoy.
Bantu anak anda untuk menonton secara kritis
Jika anda berkesempatan menonton dengan buah hati anda, doronglah buah hati anda untuk bertanya dan menghubungkan tayangan yang anak anda saksikan dengan yang dia alami dalam dunianya. Nah, jika sajian itu berupa video atau dvd, sering-seringlah menekan tombol pause sehingga memberikan waktu bagi anda dan anak anda untuk menjalin diskusi. Hal ini disamping makin mempererat hubungan anda dengan anak anda, juga melatih keterbukaan dan juga menambah kosakata buah hati anda, sehingga anak anda akan terlatih untuk dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya.
Jika anda menonton siaran televisi, mungkin yang kita dapati adalah dalam setiap tayangan akan di selingi oleh iklan, nah tugas anda bantulah untuk membedakanantara tayangan komersial dan tayangan tv-show.
Perluas isi program televisi tersebut dengan aktifitas atau buku yang berkaitan
Jika anak anda selesai menonton tayangan Sesame Street yang menampilkan tayangan pengenalan angka, maka singgunglah angka-angka tersebut dalam pembicaraan anda bersamanya, misalnya hari ini pengenalan angka satu sampai tiga, maka anda bisa katakan padanya; "hari ini kita punya angka tiga, sekarang mari kita tata lego ini menjadi tiga tingkat..satu..dua..tiga.."dengan begitu tanpa anda sadari anak anda mulai belajar konsep angka dalam benaknya.
Rekomendasi ini di kembangkan dengan bantuan Kathleen Acord, Project Supervisor untuk program televisi KQED "Ready to Learn", sebuah program televisi yang dispnsori oleh pemerintah yang memberikan pendidikan bagi para orang tua, anak dan pengasuh anak tentang bagaimana menjadikan televisi sebagai sarana belajar. Diterjemahkan secara bebas dari salah satu artikel dari situs parentcenter.com
Semoga Bermanfaat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Iya mam, jaman sekarang tayangan TVnya emang sangat mengkhawatirkan.. anak-anak sudah pada "kebrangas" (tahu sbelum waktunya).
ReplyDeleteTrims udah ngingetin mam...
Pas baru log in blogger, ada postingan baru, sekalian mampir nih mam. bener juga, kadang yang repor nih, anak2 pada tidur malem,...sekarang aja anak saya masih melek tuh,..
ReplyDeletesaya sendiri kurang suka nonton tv, kecuali ada berita hot, baru nonton. yang aling sering ibunya anak2,..hmm
Makanya saya suruh isrti tidurin anak dulu....apa lagi kalo malem gitu kan ada adegan yang rada hot, lah entar anak sd kelas 1 tanya apaan tuh? bingung kan?
nice post
setuju saya mending lagu anak atau film kartun atau malah operet saya kira sangat bagus, kalo tipi dari iklan yang kadang lewat pernah membuat pertanyaan yang memusingkan kepada ortunya je..., pengalaman itu jadinya ya tipi matikan aja ganti dengan permainan lain atau memelihara binatang yang aman..., lebih menenangkan dan bisa ngerti barang yang nyata, bukan hanya dari layar kaca saja, yang jelas kadang untuk konsumsi remaja ke atas...
ReplyDeletethanks info nya Mom...
ReplyDeletealhamdulillah anak2 lebih suka nonton VCD lagu2/crita Islami plus main games di kompi daripada nonton TV. klo main games bagus ngga ya?? itu lho Mom, games yg ada di FB kan banyak tuh kayak restaurant City dan Pet Society
bagus banget postingnya mam. maksih banget udah ngingetin. Emang paling susah banget kalo anak udah di depan tv, meskipun tayangan lokal , tv kids , animals dan kartun saja yang saya bolehkan, namun saya masih khawatir juga dengan tayangan - tayangan sinetron anak - anak karena banyak adegan - adegan kekerasan yang kadang melampau banget.
ReplyDelete@Xitalho: sama-sama kang, menjadi orang tua sekarang makin berat tantangannya.
ReplyDelete@Dede: Memang betul kang dede, paling bingung jawabnya kalo anak nonton film dewasa trus tanya macam-macam. Sampe sekarang meski ada TV tapi anak-anak ngga terlalu seneng nempel di depan TV, biasanya sukanya nonton serial Dora sama Blue Clue di channel Nick, Cartoon Network juga ngga suka.
@Penny: sama mbak, anak-anak juga lebih senang nonton VCD atau DVD, lagu-lagu, serial Barney, Kumpulan Film Barbie, Petualangan Tupi, Children of the Heaven. Sama game di internet juga suka, tapi udah bosen di pet-nya FB paling seneng kalo main game di www.uptoten.com, disitu gamenya lumayan mendidik lho mbak, pilihan bahasanya juga bisa prancis n ingris. Main game biasanya saya buat hadiah, misalnya setelah dia ngerjain pe-er nya atau setelah makan. Soalnya susah makannya..hehehe
@Sepur: saya cuman share aja mas Pur, alhamdulillah sih meskipun banyak channel tv tapi hanya tayangan tertentu yang anak-anak suka nih. Setelah itu TV mati lagi atau pindah ke Channel Babytv. Coba akses aja web-nya babytv.com, asyik itu channel ngga ada iklannya sama sekali, gerakan programnya lambat trus musiknya juga kalem, anak-anak ngga bosen meskipun satu tayangan di ulang-ulang terus.
@Suryaden: Yups kang, tapi kartun juga tetep selektif lho, seperti serial Jimmy Neutron di channel nick kalo menurut saya malah ngajarin anak untuk nakal dan urik hehehe..Memang paling aman kasi aja lagu anak-anak sama binatang peliharaan, karena yang pernah saya baca juga mempunyai pet melatih anak untuk mengembangkan feeling of responsible, karena dia merasa ikut bertanggung jawab untuk memberi makan.
ReplyDeleteSetuju banget mam...apalagi tayangan2 TV sekarang justru banyak yang ngajarin hal2
ReplyDeletenegative...sebagai ortu...kita sering khawatir dgn perkembangan sepertiitu ..nice post mam..
Untungnya anak2 saya sukanya sama lagu2 dan kartu sama kayak bapaknya :)
ReplyDeleteJadi kalau pas di rumah aku setel kartun backyardigans, lalu nnton rame-rame. Nggak cuma anak2ku yg ndomblong bapaknya juga.
Kalau sama maminya malah jarang diajak nonton TV paling dikasih mainan sama pasir sudah asyik sendiri.
wah kalo saya ama teman kecil beserta hackers di rumah selalu mengajarkan sejak dini, untung dan ruginya, jadi tidak terlalu kuatir mah, ama tayangan di tv, soalnya kalau dia melakukan sebuah kesalahan harus berani menanggung resikonya sendiri.....artinya get out from home....heheheheh
ReplyDeleteSalam kenal Bu (manggilnya apa yah? mam apa bu?) :)
ReplyDeleteArtikelnya bagus, bermanfaat utnuk saya meskipun belum mempunyai anak tapi, tiap hari saya harus memantau anak2 menonton TV.
Alhamdulillah mam.. anakku yg gede sukanya nonton kartun aja yg di acara CN,trus suka jg liat band2 yg lg konser di sctv,yg jelas kita sebagai ortu harus jg memberi pengertian tentang untung rugi nya acara tayangan tv....iya kan mam..
ReplyDeleteLa, kemaren waktu saya komeng belum ada gambarnya?...boleh juga tuh mam...lebih hidup
ReplyDeleterung nduwe anak....wis mumet sik ki mba! piye jal....jaman besok mestinya tantangannya jauh lebih besar, kompleks, dan tentunya ruwet. saya sendiri sampai sok ketika mendengar adik saya yang baru kelas 2 SD di desa ketika ditanya "yuk ngaji dah malem" dengan santainya dia bilang dengan di luar dugaan saya" emangnya aku wong islam mas?"...tak pelak aku yo mendelik mripate....he...he...TV emang Bisa ya Mba?
ReplyDelete@Atca: Memang mbak, kudu tetep melek ya mata untuk tetap bisa ngawasin apa yang dikonsumsi anak-anak dari televisi.
ReplyDelete@Masnur: Walah bapak'e ketularan, ndisik masa kecil belum ada acara itu yo mas..hehehe. Sama saya juga suka nonton film2nya anak-anak, ringan nontonnya...kaya kemaren nonton Barbie Tumbelina..
@Harry: gitu ya kang..
@Anazkia: makasih, meskipun belum punya anak, tidak salah untuk mengetahuinya.
@Annin: Kartun yang di CN juga tetap di liat lho mbak, biasanya kalo di CN kalo serial kartun yang belum pernah anak saya lihat saya temenin dulu nontonnya, untuk mengetahui apa sih isi serialnya, kira-kira mendidik atau ngga, baru kalo aman-aman aja saya biarkan nonton itu, tapi untuk satu serial aja..biar ngga lengket di depan tv heheh
@Dede: Iya kang dede, kepencet postingnya jadi fotonya ketinggalan, waktu itu keburu mati listrik.
@Waluyo: Gak perlu mumet mas Wal..dijalani aja, yang penting tetep melek informasi jadi ngga ketinggalan akal nantinya kalo udah jadi orang tua hehehe
mau save pake persiapan nie mam :D
ReplyDeletewaduh basah abis diguyur aer nie..mudah2an bukan aer ledeng...wkwkwkwk
iya mam kehadiran orang tua disamping membimbing anaknya dalam melakukan kegiatan seperti menonton...kkarena anak blum bs menentukan apa yang baik baginya dan jg buruk bagi mam.....
ReplyDeletewah pemahamannya bgitu mnarik y mam..........
Dokter Termuda di Indonesia...16 tahun
pelajaran N bekal yang baik buat saya,,nanti klo udah punya adek kecil sendiri,jadi ngga salah asuh,,hehehehh (kasar bgd bahsanya)
ReplyDeleteTV emng hal yang amat sangat dekat dengan kita , jadi kita sering melalaikan apa akibat dari semua yang kita tonton,termasuk anak anak,yang blom bisa membedakan hal yang baik dan buruk,bisanya cuma maen niru niru aja,,heheheheheh
Infonya sangat bermanfaat, mau saya print nih. Ternyata waktu menonton buat anak seharusnya sangat dibatasi.
ReplyDeletesemakin susah jadi orangtua hehehhe gempuran hal hal negatif dri luar sangat banyaaaak
ReplyDelete,
ReplyDeleteduh...
ReplyDeleteartikel ini pas banget sesuai dengan kebutuhanku
ini adalah masalah terjlimetku saat ini, dilarang salah dibiarkan malah makin salah
makasih mam atas share ilmunya
sukses selalu ya
betul mam. anakku kahfi 2 thn baru2 ini niru gaya si gendut yang di sinetron ronaldowati. nyundul pake kepala. alhasilnya kepalanya sampai di kursi.......susahnya saya kerja. kalo siang ama pembantu. duh nonton terus lah.
ReplyDelete@Nara: persiapan opo persiapan, calon-nya dulu kang, bukan persiapannya hehehe
ReplyDelete@Ridwanox: Yup betul mas
@Inuel: kalo inuel menonton juga kudu ditemani biar ngga menghayal sendirian hehehe..bercanda nuel.
@Jengsri:seeplah
@Erik: thank bang erik, semoga bermanfaat
@CEbong: makanya ortunya jangan sampe kalah urik sama anak'e bong..
@Prayitno: ??
@Bening: sama-sama mbak
@FIfi: ya udah tontonan siangnya di ganti yang dari dvd aja bunda..
Sepakat.Semua sudah kalah dg yg namanya komersialisasi.Bahkan sekarang,kartun yg harusnya menjadi konsumsi anak2pun kadang sudah tidak layak ditonton anak2.
ReplyDeleteKalo sudah begitu,mungkin kita hanya bisa 'STOP' nonton TV aja deh...
Btw, acara TV local gimana di sna Mam?
ReplyDeleteAda acara yang kayak buser atau patroli nggak hehee
jadi kangen nonton bareng ma mama nih... mamaaaaaaa aku kan pulang. twew
ReplyDeletenice artikel... Maaf saya ikutan koment...salam persahabatan..
ReplyDeletemak ceklik di redmore...terereng..., weh makin keyen ajh nih blognyah.
ReplyDeletesengaj pagi2 kesini baca turus print artikelnya buat baca2 kaka saya yg anake ngeyil pol klo kandani ga boleh nonton TV lama.
nuwun sharingnya....
Bagus ni tipnya, maksih Mam, :D setuju aku ;)
ReplyDeletePerkembangan teknologi termasuk didalam pertelevisian dengan segala macam acaranya. Di satu sisi kita butuh informasi, namun disisi lain penyebaran informasi itu menjadi tak terkendali, sehingga ekses negatifnya terkena pada anak2 kita.memang menjadi kendala. Tinggal bagaimana caranya kita memberi pengertian terhadap si anak.
ReplyDeleteNice posting ..setuju mam ...
@Ajeng: Betul Ajeng, tayangan apapun memang semuanya berbau komersial, memang dalam keadaan apapun rasanya sebagai orang tua juga selau perlu untuk mengasah pengetahuan.
ReplyDelete@Dede: TV lokal banyak juga kang Dede, yang kaya India gitu lah, kan serunpun, meskipun orang Paskistan paling anti kalo di bilang serumpun dengan India. Tapi kita seringnya konsumsi jasa TV cable, lokal paling nonton channel berita aja.
@Chikal: sini lah kalo pengen nobar..
@Dinoe: silahkan mas Dinoe, koment boleh-boleh aja kok
@3Matra: hehehe..suwun kang
@Cak Win: sekedar berbagi cak
@Abang: Technologi itu bisa menjadi dua mata tombak, blessing and curse..semuanya tergantung cara kita masing-masing.
good blog
ReplyDelete