Monday, September 22

Another Blast Shakin Islamabad

Tidak biasanya ada bom hari sabtu, karena biasanya seringkali terjadi bom bunuh diri hari jum'at jika ada aksi demo atau keramaian lainnya. Hari itu, kita hampir seluruh warga Indonesia di Islamabad ketepatan sedang dalam acara buka bersama di Aula Budaya Nusantara, baru beberapa menit kita duduk sambil menyamtap hidangan makan malam buka tiba-tiba bum....!!! kaca aula bergetar, bahkan bukan hanya kaca saja tapi gedung aula bergetar sampai-sampai kita semua berhamburan keluar dari aula. Anak-anak kecil yang pada lari-larian sontak mencari ibunya masing-masing. Tanpa dikasitau pun rata-rata kita sudah mengira kalau dentuman tadi adalah ledakan bom hanya pada waktu itu kita mengira ledakan bom tersebut disekitar kawasan kedutaan Prancis yang tidak jauh letaknya dari KBRI kita, mengingat getarannya yang kuat sekali. Baru ketika sirine ambulan terdengar meraung-raung, kita semua berkumpul didepan TV yang ternyata bom tersebut berasal dari Hotel Marriot kurang dari dua km dari wilayah kedutaan kita.

Bom Marriot ini tidak yang pertama kalinya, karena sebelumnya sudah kejadian dua kali percobaan bom bunuh diri hanya tidak sampai menimbulkan kerusakan yang fatal seperti bom kali ini. Bom yang dibawa dengan mobil truk yang katanya kapasitasnya hampir satu ton ini menimbulkan kerusakan yang tidak sedikit.

Paska bom Marriot, pemerintah Asif Zardari tidak segan-segan lagi untuk mebabat habis ektremisme yang ada ditanah pakistan, bahkan pemerintah tidak lagi membuka lagi kemungkinan negosiasi dengan militan, surrender your weapon or we'll attack your base camp, mungkin inilah kira-kira yang dikatakan pemerintah.

Aksi bom bunuh diri di pakistan seakan sudah menjadi hal yang seringkali didengar, bahkan didalam ibukota islamabad sendiri sekolah-sekolah akan meliburkan diri jika akan ada aksi demo massa yang sekiranya pangamanannya mengkawatirkan. Dan hari senin kemaren anak kami berangkat sekolah, yang lokasinya tidak terlalu jauh dengan hotel marriot, sepulang sekolah yang dia ceritakan hanya kaca-kaca sekolahnya yang pecah karena bom sehingga hujan es yang mengguyur Islamabad membuat air masuk lewat kaca-kaca yang pecah tadi.

Lalu, siapakah yang dirugikan, siapa yang diserang, dan apa yang mereka dapatkan, rasanya rakyat tiap saat dibuat tidak tenang karena issue ketidakamanan yang tidak jelas, seruan orang tetua di KBRI yang menghimbau kita warga Indonesia untuk tetap berhati-hati, sepertinya semakin membuat kita tidak nyaman dengan keadaan. Kebanyakan orang-orang yang tidak tau menahu tentang hal inilah yang pada akhirnya sering dirugikan, khususnya anak-anak yang tidak tau menahu, satu tahun lewat serangan Lal-Masjid yang peringatannya pun di sertai dengan aksi bom bunuh diri beberapa waktu lalu, masih meninggalkan bekas di memori anak-anak kami, tetapi saya tau mereka anak-anak yang kuat, karena tidak ada sedikitpun kekhawatiran pada wajah mereka. Ya..mungkin karena kita semua tidak pernah menunjukkan wajah khawatir dihadapan mereka. Hilda anak kami yang besar selalu memberitau "itu bomnya di hotel yang banyak ikannya ma.."karena memang kita pernah ngajak dia sekedar duduk di lobi sambil ngopi sementara hilda senang mengelilingi akuarium besar yang berfungsi sebagai dinding penyekat. Ketika ada rekaman stasiun TV lokal yang memperlihatkan akuariumnya yang hancur dan ikan-ikan besarnya pada bergelimpangan anak kami serta merta teriak "itu ikan-ikannya pada jatuh mau mati, kasian.."

Bukan hanya ikan, yang mengenaskan justru orang-orang yang mungkin kebetulan hanya sekedar lewat pada saat ledakan bom terjadi, atau petugas sekuriti yang tugasnya hanya menjaga keamanan.

Saya kira wajah Islam tidak sebrutal itu, segmen tertentu yang mengatasnamakan kebrutalan atas nama agama, sehingga mencoreng wajah Islam yang cinta damai, sekelompok yang mungkin termarginalkan, putus asa dan tidak tau apa yang harus diperbuat sehingga merasa lebih senang melihat orang lain dilanda ketakutan dan kekawatiran. God Knows...

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar jika ada yang ingin anda sampaikan untuk postingan ini.
Regard,
Mama Hilda