Friday, April 3

Memahami Gerakan Militansi di Pakistan

Hanya berselang beberapa minggu setelah serangan terrorist atas team criket asal Sri Lanka di kota Lahore, yang pernah saya tuliskan di postingan sebelumnya, hari Senin lalu kembali aksi terror yang menewaskan sedikitnya delapan orang polisi dan dua orang sipil, kembali mengguncang kota ini. Serangan sekitar pukul 7.30 sempat membuat Pakistan kembali menjadi jawara di media internasional. Sekitar 400-an perwira polisi disandera dalam asramanya oleh orang-orang bersenjata yang tidak dikenal, menembaki siapa saja yang menghalangi aksi mereka.

Akademi polisi di daerah Manawan, yang berjarak hanya beberapa kilometer dari perbatasan India-Pakistan di Wagah, merupakan akademi polisi terbesar di kawasan provinsi Punjab. Pasukan elit antiterroris squad dan pasukan ranger dikerahkan, salah satu dari dua mobil artileri anti peluru yang di kerahkan untuk mengepung wilayah tersebut juga hancur bekeping-keping, karena ternyata mereka mempunyai cukup persenjataan, yang bisa menghancurkan mobil tersebut. Baru sekitar pukul empat sore waktu setempat, akhirnya peristiwa terebut dinyatakan cleared, empat orang aktor terrorist meledakkan dirinya, sementara dua orang lainya tertangkap dan selebihnya mati tertembak oleh satuan tentara.

Geram memang, apa sebenarnya maunya mereka, padahal baru seminggu sebelumnya peristiwa bom bunuh diri yang menewaskan tidak kurang 50-an orang ketika jama'ah sholat jum'at sedang dimulai, masih belum hilang dari ingatan kita.

Sebuah tulisan menggelitik oleh seorang pakar strategic studies Shireen Mazari mengungkapkan dalam artikel opini di salah satu koran berbahasa ingris setempat. Beliau adalah salah satu guru besar di salah satu kampus tertua di Islamabad, juga dirjen strategic studies, yang pernah dicekal pada masa regime Musharraf, juga penulis buku The Kargil Conflict yang mengkritik pemerintahan Nawas Sharif atas kebijakan nuklirnya.

Dalam analisanya lebih jauh dia mengatakan, bahwa aksi militansi makin marak diberitakan pada akhir-akhir ini, lebih disebabkan karena pemerintah terlalu berharap banyak pada kebijakan Amerika untuk menyelesaikan masalah domestik Pakistan.

Bantuan non-militer sekitar 2.8 juta dollar yang rencananya akan dicairkan pertengahan bulan April ini mungkin akan membawa dampak lain pada politik Amerika atas Pakistan. Kesalahan bukan pada bantuan nominal tersebut, tapi dengan bantuan tersebut artinya pemerintah secara unconditional, serta merta tunduk pada mantra-mantra kebijakan yang diberlakukan US atas Pakistan. Yang semakin memperburuk keadaan dan semakin menambah sentimen anti-Amerika menguat di kawasan ini, terlebih lagi serangan Drone yang tadinya akan di hentikan setelah masa Obama juga nyatanya masih saja diteruskan.

Peta militansi di Pakistan sebenarnya bermuara pada kesalahan kebijakan pemerintah itu sendiri, memerangki rakyatnya sendiri ketimbang memakmurkan rakyatnya dengan program pemberdayaan atau pengentasan kemiskinan, karena selama bahan pokok masih tidak terjangkau harganya oleh rakyat jelata, selamanya Pakistan akan menjadi the safe heaven for terrorist. Ada tiga muara utama pergerakan terrorist yang ada di Pakistan, pertama, Pergerakan Balochistan, kedua, pergerakan extremist yang identik dengan pergerakan Taliban, ketiga, militansi karena latar belakang kemiskinan, dan keempat adalah militansi yang disebabkan oleh kebijakan yang diberlakukan Amerika itu sendiri.

Pertama, pergerakan Balochistan seperti halnya pergerakan Aceh merdeka, murni sebuah pergerakan politik bermuara pada tuntutan untuk memerdekaan diri, hal ini disebabkan karena kepincangan kebijakan pemerintah, sehingga wilayah yang sebetulnya kaya dengan kekayaan migas tetapi mereka sendiri tidak merasakan hasil bumi yang mereka miliki itu sendiri. Masalah Balochistan sebetulnya dapat terselesaikan jika pemerintah pusat dapat merespon secara positif pergerakan tersebut, setapi keengganan pemerintah pusat untuk mencarikan solusi yang adil makin memperparah keadaan, sehingga yang terjadi justru mengundang kepentingan asing untuk memberikan dana dan supply senjata sehingga memungkinkan perkecambahan militan di wilayah ini.

Isu ini makin diperparah dengan berkomplotnya USA dengan kelompok militan Jundullah, untuk membuat basis di wilayah Juzuk dan Shamsi dengan maksud merongrong stabilitas wilayah yang berbatasan dengan Iran. Ditambah lagi dipergunakannya lapangan udara Bandari di selatan Kharan, untuk menerbangkan pesaran Drone-nya USA yang menyerang dan menghabisi pergerakan Taliban di wilayah FATA. Memperbaharui strategi yang berfokus pada otonomi daerah dan kemajuan ekonomi serta keluar dari mantra-mantra USA dan kepentingan asing adalah solusi yang terbaik untuk meminimalisir menguatnya militansi.

Kedua, adalah extrimisme agama, pergerakan Taliban yang munculnya paska 9/11 di kawasan Pakistan. Kasus perseteruan antar sekte keagamaan yang muncul karena agresi militer USA di wilayah Afghanistan, yang sebetulnya adalah lemahnya pemerintah untuk memberikan jaminan keamanan pada rakyatnya pada masa penaklukan Taliban di Afghanistan. Ketika ketidakadilan, ketimpangan ekonomi makin dirasakan oleh rakyat dalam kondisi seperti inilah, yang kemudian hari makin memperkuat pengaruh militansi di kawasan ini. Amat disayangkan, bukannya carrot yang dikedepankan -pengembangan sosio-ekonomi dan menumbuhkan stabilitas politik provinsi- untuk menyelesaikan masalah, tetapi pemerintah justru menggunakan stick, dengan mengirim pasukan militer untuk menghabisi pengaruh mereka.

Persoalan ini bukan semata persoalan di kawasan tribal area, tetapi fenomena ini merupakan gambaran negara Pakistan secara keseluruhan, akan sangat wajar, bila pemerintahan menjadi semakin tidak efektif, menguatnya korupsi dimana-mana, bahan pangan menjadi barang yang tidak terjangkau harganya oleh rakyat jelata, madrassahs (pesantren, tetapi perlu diketahui pesantren di Pakistan tidak diakui statusnya oleh pemerintah dan tidak diakreditasi, pembelajaran yang terbatas hanya masalah agama, juga kebanyakan madrasah disini sifatnya masih tradisional dan pendidikannya tidak memungut biaya atau gratis), adalah satu-satunya pilihan untuk mereka yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.

Terkadang donasi terhadap madrasah-madrasah juga suply persenjataan sampai perekrutan relawan bom bunuh diri muncul dari sini, sehingga kepentingan-kepentingan kelompok tertentu baik itu diluar atau didalam negeri, yang bertujuan mendestabilisasi Pakistan akan merongrong dan menyelusup, dengan jalan memberikan donasi para maulana pemimpin-pemimpin madrassa tersebut. Para relawaan bom bunuh diri itu sendiri muncul beranjak dari keputusasaan kemiskinan ketimbang karena alasan doktrin agama.

Kelompok ketiga, militan ini sangat jelas muncul dari makin meluaskan angka kemiskinan dan mereka yang tidak mempunyai harapan kehidupan yang layak di masa yang akan datang, baik itu secara pendidian dan ekonomi, keluarga-keluarga dengan kondisi seperti ini lebih senang mengirimkan anak-anak muda mereka untuk menjadi relawan bom bunuh diri, apalagi jika kerelaan anak-anak mereka ini mendapatkan ganti rugi yang tidak sedikit.

Keempat adalah kesalahan pemerintah sendiri juga kebijakan US dalam menanggani isu teroris di kawasan Asia Selatan ini, pemerintan yang terlalu menggantungan donor luar negeri baik itu berupa hibah, soft-loan, bantuan non-militer dari US dan IMF, sementara nyaris bantuan-bantuan tersebut hanya sampai pada strata para orang-orang tertentu sementara kebijakan yang harus diikuti pemerintah makin memperburuk kondisi sosial di tataran rakyat jelata. Mungkin ladang gandum dan produksi gula terlihat meningkat, tapi ironis semuanya itu seakan tidak terbeli oleh masyarakat kecil, dengan makin meroketnya harga kebutuhan pokok.

Isu teroris, bukan hanya semudah isu liberal versus kanan, tapi lebih merupakan isu status quo versus perubahan ; kebijakan pemerintahan, juga ketergantungan kebijakan pemerintah pada dukungan asing versus pada rakyatnya sendiri, sebuah fenomena pemerintahan yang korup dan lemahnya institusi versus kuatnya struktur pemerintahan, dan lebih dari itu, US-centric agenda yang diterapkan di dalam negeri versus people-centric (kerakyatan). Dan nampaknya masih panjang sekali pe er nya, sampai paling tidak munculnya pemimpin yang rasional yang dapat mengambil kebijakan pahit meskipun mahal pengaruhnya di mata internasional. God Knows

NB;

Maaf kalau saya sisipkan disini sekalian, award dari bang Erik di blog kajapa-nya, makasih sekali atas awardnya, juga award dari mas oedil di blog kucing-buntetnya.



Kucing Bunted






Plus saya ingin menghadiahi single award untuk blog bening..semoga mau menerimanya ya, moga makin semangat ngeblognya dengan award ini. Salam kenal juga, makasih kunjungannya.
Ini awardnya silahkan diambil ya..

39 comments:

  1. Wah geri ya, banyak teroris di Pakistan, jadi gak nyaman.

    Makasih ya dah di posting Awardnya

    ReplyDelete
  2. Turut prihatin pada negara tetangga kita yang satu ini.
    Semoga penggede negeri kita mau memahami dan legowo bahwa cara kekerasan dan paksaan (kudeta) hanya akan memicu kudeta selanjutnya (yang lain)

    nyambung gak ya ....??
    maaf buru-buru mam...mayan dpt tempat keduax...

    ReplyDelete
  3. saya turut mendukung gerakan militansi untuk perubahan dan anti amerika, hehe..

    jadi inget pidatonya pemimpin lybia umar kadafi yang mengumpat raja arab sebab dinilai sebagai kaki tangan amerika.

    let's save our country from usa!!

    ReplyDelete
  4. kadang maunya ga jelas yah, ak smpe sekarang ga pernah ngerti sebenernya apa sih maunya mereka....

    ReplyDelete
  5. parah sekali, kalo pemerintah gak memiliki visi untuk membangun dan mengakomodasi kebutuhan rakyat, entah para pemimpin sekarang ini menganggap apa negara, jika masih memiliki visi primordial hanya akan menimbulkan kesengsaraan bagi semuanya...

    Deg-degan juga denger kerusuhan beberapa kali disana...

    ReplyDelete
  6. Peta militansi di Pakistan sebenarnya bermuara pada kesalahan kebijakan pemerintah itu sendiri, memerangki rakyatnya sendiri ketimbang memakmurkan rakyatnya....

    ini yang banyak dilakukan oleh banyak negara. bukannya mau memberi toleransi terhadap tindakan anarkis itu, tetapi kenyataanya ya begitu...

    info bagus, bu... :)

    ReplyDelete
  7. Tragis ya Mam, menjual anak untuk meledakkan dirinya sendiri. Mungkin bagi si anak, ini adalah salah satu bentuk perjuangan dan pengorbanan. Pengorbanan untuk orang tuanya, karena ia dapat imbalan. Pengorbanan untuk bangsanya, karena menurutnya dengan caranya ini akan merubah keadaan.

    Saya dengar selain Pakistan, India juga makin kacau ya Mam?

    Kok agak mirip ya, produksi sembako di Indonesia juga membludak tapi kok ya mahal ya. Katanya kita sekarang sudah swasembada beras, nyatanya, beras masih mahal nih mam.

    Ikut mama, God knows.

    ReplyDelete
  8. mba.. aku ngeri liat video di FB mba lho...
    BTW jadi ini sambil update postingan berita seputar pakistan sambil posting awards ya, mba??
    selamat ya.. atas award-award nya.

    ReplyDelete
  9. ehm.. Sekarang dah konsen ni mam.. mau baca dengan runtut paparan mama Hilda.

    Wah.. komplikasi deh negeri pakistan ini... Opini saya masih beda2 tipis mam... Pakistan butuh figur pemersatu yang paham masalah bangsanya dan mau dengan gigih merubah dan memangkas pangkal-pangkal masalah.... ah only God Knows.

    ReplyDelete
  10. kok tumben banget postingnya nyampur mam, biasanya beda - beda :D

    baidewei, kok mangkin syerem aja disana mam, mudah2an tetep sehat dan selalu dilindungi TYME.

    ReplyDelete
  11. wahh ngeri banget ya mam kondisi di palestina..

    btw selamat buat awardnya...semoga makin semangat yahh

    ReplyDelete
  12. mama masih inget juga sama Award dan Prnya,,hebat mama!smille

    ReplyDelete
  13. Ya,ya,ya......setidaknya Indonesia perah ngalami seperti itu. TApi untung perangai orang Indonesia tidak senekat orang2 pakistan yang emang hobi kelahi, jadi krisis multi dimensi itu bisa segera tertangani tak lebih dari 10 th (lama juga sih....nggak terasa). Mungkin pemerintah pakistan perlu berkunjung ke Indonesia untuk sharing bagaimana menghadapi intimidasi dari kepentingan2 luar yg berdalih membantu itu. Karena bantuan itu nyatanya bukan meningkatkan kesejahteraan malah meruncingkan permasalahan. Soal perang + bom2an no comment lah ngeri.....

    ReplyDelete
  14. baru2 ini saya lihat video yang mam pasang di fc, hm gitu ya cara menghukum orang...?

    ReplyDelete
  15. Kesiyan betul negara yang satu ini: agama, ideologi bobrok, kemiskinan campur-baur tidak keruan..
    Pelajaran apa yang bisa kita tarik dari Pakistan?

    ReplyDelete
  16. Mungkin India ada dibalik semua ini..balas dedam..

    ReplyDelete
  17. udah baca dari kmaren2...baru sempet komen sekarang...he he...
    bagus banget, kamu kayaknya emang cocok banget jadi politikus or diplomat mil! congrats!

    ReplyDelete
  18. ngga sreg deh tinggal di daerah konflik kayaka gitu.. :-) aku kira bunda bagi2 awards dari pakistan nih.. hehehehe..

    ReplyDelete
  19. saya juga geram! Geram! sekali! what they want ya mam? aneh bin ajaib heheee

    ReplyDelete
  20. EMang video apaan mam yang di FB? Jadi penasaran he..he.

    ReplyDelete
  21. Tragedi kemanusiaan yang tidak ada habisnya.

    Keserakahan, ketidakadilan, kemiskinan, memang kata-kata yang sering didengar tapi sulit dihilangkan dan kerap jadi sumber bencana.

    ReplyDelete
  22. bu, kok seneng yang perang-perangan sih?

    ReplyDelete
  23. Ngeri juga ya sama teroris di Pakistan ini.
    Kemarin ada temen sempet ke Pakistan jenguk suaminya, katanya gak bisa kemana2, stress dia, tp skrg udh balik sih ke Montreal hehe

    Btw selamat ya awardnya...

    ReplyDelete
  24. merinding aku mam baca postingan jenengan
    btw thanks atas awardnya

    ReplyDelete
  25. waaaaaaaah banyak kali mam AWARD-nya... selamad yak mam... moga mam tambah sukses... :D

    ReplyDelete
  26. aslmkm bunda... aku mau nanya nih.... apa menurut mu bahasa online??? apakah kita telah menggunakan bahasa indonesia yg baik dan benar di inernet??

    ReplyDelete
  27. tp kan sekarang para teroris itu pun memperingan arteleri berat mereka dengan hanya berpelurukan 'sepatu'... jd agak2 kurang rasa sakitnya :)

    ReplyDelete
  28. wah beneran nih mba....sekarang baru bisa memahami nih......jadi itu intinya yah mba....makasih loh atas informasinya

    ReplyDelete
  29. kalo disini malah bencana dan bencana terus nih mam, kemarin situ gintung, trus fokker trus 2 hari yang lalu pesawat jatuh lagi semuanya meninggal.

    pa kabar nih mam?

    ReplyDelete
  30. wah... ulasannya menarik... moga semua slamet deh...
    salam kenal yaa :)

    ReplyDelete
  31. itu dia emang kaang maunya gk jelas sih :(

    ReplyDelete
  32. mam, phakabar?
    selamat buat awardnya yak... :D

    ReplyDelete
  33. halo apa kabar???

    tante suka makan pizza ngga?

    ReplyDelete
  34. Mampir mam .. mana ini menu yang baru... (postingan maksudnya hehehe)

    ReplyDelete
  35. kok Jarang posting nih? keasyikan di FB ya

    ReplyDelete
  36. gak habis-habisnya mereka berperang..mau cari damai susah benar..

    ReplyDelete
  37. iya Ma...zie lihat di tv jg sering banget perang padahal negara Islam...semoga bisa segera berdamai
    selamat ya Ma awardnya

    ReplyDelete
  38. mampir sore dirumahnya mama hilda mau cari ayam goreng :D

    ReplyDelete

Silahkan berkomentar jika ada yang ingin anda sampaikan untuk postingan ini.
Regard,
Mama Hilda